Senin, 21 Desember 2009

PACAR AIR/ IMPATIENS BALSAMINA LINN

Oleh : Siti Maulidah

Di dunia, tanaman Impatiens balsamina Linn. dikenal sebagai bunga balsam. Di Indonesia lebih dikenal dengan nama bunga pacar air. Memiliki bunga dengan beragam warna, semisal pink, merah, putih, oranye, peach, atau salem. Sepintas, bentuk bunganya mirip anggrek dalam ukuran kecil, dengan daun yang bergerigi.
Impatiens cukup populer sebagai tanaman hias dan banyak dijumpai di dataran tinggi, misalnya Puncak, Jawa Barat. Tingginya mencapai 30-80 centimeter. Setiap daerah di Indonesia memiliki nama lain untuk pacar air ini. Di Minangkabau (Sumatera Barat), pacar air dikenal dengan nama paruinai. Pacar cai (Sunda), kimhong (Jakarta), pacar banyu (Jawa), pacar foya (Bali), bunga jebelu (Halmahera Selatan).


Tanaman ini menyukai tempat teduh dan suka air.
Meskipun tergolong bukan tanaman rewel, ada satu musuh utamanya, yaitu hama. Begitu terkena hama, tanaman akan langsung busuk. Jadi, awasi tanaman pacar air Anda dari segala hama pengganggu .
Beberapa tahun lalu, ketika cat kuku belum sepopuler sekarang, para gadis dusun memanfaatkan tumbuhan ini untuk mewarnai kukunya. Tapi beda dengan cat kuku yang hanya melapisi bagian luar, warna yang dihasilkan pacar air bisa meresap ke dalam kuku dan lebih alami. Cuma, warna-warna yang dihasilkannya memang tidak sesemarak cat kuku modern. Di Bali, bunga pacar air selalu terselip di antara banten (sesaji) yang digunakan untuk sembahyang.
Padahal, selain sebagai pemoles kuku dan syarat ritual, pacar air juga memiliki banyak khasiat untuk mengobati penyakit. Misalnya saja sebagai penghilang rasa nyeri ketika haid atau mengurangi rasa sakit pada bagian-bagian tertentu tubuh, seperti leher dan pinggang. Ia juga diyakini sangat bermanfaat untuk meringankan rematik dan merontokkan bisul-bisul.
Si Lizzie Yang Sibuk
Herba yang mudah ditanam dan sangat rajin berbunga ini ditengarai berasal dari India. Entah siapa yang membawa dan untuk apa ia dibawa ke Indonesia, yang pasti herba berbatang basah (herbaceus) ini banyak ditanam untuk menghiasi halaman depan rumah. Tingginya berkisar antara 30-80 cm. Daunnya tunggal, berbentuk memanjang dengan pinggir bergerigi dan berujung runcing. Bunganya terdiri dari 5 helai kelopak bunga dan warnanya pun beragam. Ada putih, ungu, jingga, merah, magenta atau pink.

Karena termasuk golongan tanaman annual, ia rajin berbunga selama 1-2 bulan. Bisa jadi itu sebabnya di belahan Barat bunga ini dikenal dengan nama busy lizzie (si lizzie yang sibuk). Buah pacar air berupa buah kendaga, dan bila telah masak buah yang seukuran seruas jari kelingking dengan biji-bijian di dalamnya ini akan pecah dengan sendirinya. Anak-anak desa suka memencet buah berwarna ini dan merasakan sensasi pecahnya buah di ujung jemari mereka.
Bagian yang biasa dimanfaatkan untuk obat adalah bunga, akar, daun, dan bijinya. Herba ini berasa pahit dan hangat. Karena itu, herba yang termasuk familia balsaminaceae ini mempunyai khasiat untuk melancarkan peredaran darah dan melunakkan benjolan-benjolan. Bunganya mengandung zat anthocyanin, cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidun, kaempherol, dan quercetin. Dan pada akarnya ditemukan cyanidin, mono glycosine. Meski memiliki banyak khasiat, ternyata pacar air juga mengandung racun. Karena itu penggunaannya pun musti sangat hati-hati. Dalam salah satu bukunya, Profesor Hembing Wijayakusuma mengingatkan bahwa wanita hamil dilarang memanfaatkan tumbuhan ini. Dan pada pemakaian yang terlalu lama (lebih dari seminggu), mulut kemungkinan akan terasa kering (xerostomia), mual (nausea), atau bahkan hilangnya nafsu makan (anorexia). Tapi, gejala-gejala itu akan hilang setelah dosis diturunkan atau malah dihentikan selama 2-3 hari.
Senada dengan Prof. Hembing yang menyarankan agar penggunaan untuk penyakit berat dikonsultasikan dulu ke dokter, Dr. Amarullah H. Siregar, MSc, PhD, juga mengingatkan bahwa tiap manusia memiliki dosis pengobatan masing-masing. Dan untuk gejala yang sama sekalipun, tidak bisa diberlakukan pengobatan yang sama. Makanya, ahli naturopati dan homeopati itu mengatakan bahwa penggunaan tanaman obat tradisional akan lebih maksimal jika diikuti dengan konsultasi dan pemeriksaan medis atau laboratorium
Pacar air


Impatiens balsamina
Morfologi
Batang
Pacar air merupakan tanaman terna berbatang basah, lunak, bulat, bercabang,warna hijau kekuningan. Pacar air biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan tinggi 30-80 cm. arah tumbuhnya tegak, percabangannya monopodial.
Daun
Daunnya tunggal, tersebar, berhadapan, atau dalam karangan. Bentuk daun lanset memanjang, pinggirnya bergerigi, ujung meruncing, tulang daun menyirip. Warna daun hijau muda tanpa daun penumpu, jika ada daun penumpu bentuknya kelenjar. Bagian bawah membentuk roset akar. Tulang daun menyirip. Luas daunnya sekitar 2 sampai 4 inchi. Pangkal daun bergerigi tajam, runcing.
Akar
Tanaman  ini berakar serabut.
Buah
Bakal buah menumpang, beruang 4-5. Dalam satu ruangan tersebut terdapat dua atau lebih bakal biji. Buah membuka kenyal dan termasuk buah batu dengan 5 inti. Bentuk buah elliptis, pecah menurut ruang secara kenyal. Benihnya endospermic. embrio akan mengalami diferensiasi.

Bunga
Tanaman ini memiliki aneka macam warana bunga. ada yang putih, merah, ungu, kuning, jingga, dll. Jika pacar air yang berbeda warna disilangkan, maka akan terbentuk keturunan yang beraneka ragam. Contoh persilangannya terdapat dalam album gambar.
Bunga zygomorph, berkelamin 2, di ketiak. Daun kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat, bertaji. Daun kelopak samping berbentuk corong miring, berwarna, dan terdapat noda kuning di dalamnya. Sedikit di atas pangkal daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2 cm. Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk jantung terbalik dengan panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan kuku, yang lain lepas tidak berkuku dan lebih pendek. Ada 5 benangsari dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak bersatu. Kepala sarinya bersatu membentuk tudung putih.Bunga terkumpul 1-3. Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan tangkainya tidak beruas.Memiliki 5 kepala putik.



Anatomy
Mesofil pada daun terdiri dari kristal kalsium oksalat.Dorsiventral, memiliki banyak bunga yang mengandung cairan yang tersimpan dalam petiolus dan tangkai. Rhaphide-sacs sedikitnya tampak pada daun dan tangkai. Kadang-kadang tampak ada bintik-bintik transparan pada daun yang seringkali berisi getah dan atau raphides.

Epidermis menyusun dinding sel yang tipis. Korteks relatif sempit, bagian luarnya terdiri dari sel kolenkimatis yang kecil dan bagian dalam besar.Perisikelnya tanpa sklerenkim. Batangnya yang keras ditegakkan oleh jaringan dasar turgescent yang kuat.Berkas pembuluh sendiri-sendiri dan terangkai dalam lingkaran, 12 di antaranya tampak pada potongan melintang. Xilem menyusun jaringan dasar kecil dan berdinding sel tipis dengan pembuluh besar yang melekatkannya, spiral berkembang baik dengan menebal. Rantai-rantai floem dalam tiap berkas kecil, saling berhubungan. Yang menghubungkan adalah sel kecil tanpa dinding. Pembuluh-pembuluh pada berkas tidak mengalami perforasi. Interfascular kambium membangun batang tua di daerah jaringan sel kecil. interfascular kambium memberi perkembangan pada dinding tipis jaringan dalam. Jaringan ini sama dengan jaringan dasar xilem, hanya saja tidak memiliki pembuluh. Pith mencekung di tengah, terisolasi, annular. Pembuluh pith spiral dan menetap di solereder untuk membangun pith sebelum berkembangnya berkas-berkas pembuluh. pith memiliki sel-sel yang besar yang mengeluarkan getah dari parenkim dasar. Berkas raphides tampak pada korteks.

Fisiologi
Tanaman ini termasuk tanaman C3. Dalam sintesis C3, CO2 difiksasi ke gula berkarbon lima, yaitu ribulosa bifosfat (RuBP) oleh enzim karboksilase RuBP (rubisko). Molekul berkarbon enam yang terbentuk tidak stabil dan segera terpisah menjadi dua molekul fosfogliserat (PGA). Molekul PGA merupakan karbohidrat stabil berkarbon tiga yang pertama kali terbentu sehingga cara tersebut dinamakan sintesis C3.
Molekul PGA bukan molekul berenergi tinggi. Dua molekul PGA mengandung energi yang lebih kecil dibandingkan satu molekul RuBP, sehingga fiksasi CO2 berlangsung spontan dan tidak memerlukan energi dari reaksi terang (fotosintesis). Untuk mensintesis molekul berenergi tinggi, energi dan electron dari ATP maupun NADPH hasil reaksi terang digunakan untuk mereduksi tiap PGA menjadi fosfogliseraldehida (PGAL). Dua molekul PGAL dapat membentuk satu molekul glukosa. Satu siklus Calvin telah lengkap bila pembentukan glukosa disertai dengan regenerasi RuBP. Satu molekul CO2 yang tercampur menjadi enam molekul CO2. Ketika enam molekul CO2 bergabung dengan enam molekul RuBP dihasilkan satu glukosa dan enam RuBP sehingga siklus dapat dimulai
Manfaat Pacar Air
Menurut Profesor  Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia, bunga pacar air dapat dimanfaatkan dengan resep-resep berikut :
  1. Rematik, radang kulit (dermatitis), dan bengkak. Bunga pacar air segar yang telah dihaluskan ditempelkan pada bagian yang sakit.
  2. Tulang patah atau retak dan antiradang (antiinflamasi). Daun pacar air segar dihaluskan lalu ditempelkan pada bagian yang sakit.
  3. Bisul (furunculus) dan radang kulit (dermatitis). 15 gram daun pacar air segar, 5 lembar daun cocor bebek segar, dihaluskan lalu ditempelkan pada bisul.
  4. Radang kuku. Seluruh herba pacar air secukupnya dihaluskan lalu ditempelkan pada kuku dan dibungkus dengan kain kasa. Lakukan 7-14 hari secara rutin
Referensi Web :


  1. Judul    :  Impatiens balsamina(Pacar Air)
Penulis : Dewi Prasetyaningrum

      2.  Judul     :  Pacar Air
           Alamat  : http://id.wikipedia.org/wiki/Pacar_air
           Penulis   :  Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
      3. Judul      : Pacar Air untuk Atasi Nyeri Haid
         Alamat    :
         Penulis     :  kompas. com
         Sumber   :  http://www.gayahidupsehatonline.com/
   
     4. Judul       : Pacar Air
        Penulis    : Ibnu Susanto
       
    5. Judul       : Impatiens Blasamina the Doubele Flowering Basam
       Alalmat      : http://www.zone10.com/impatiens-balsamina.html
       Penulis     : VC, Ark

Minggu, 20 Desember 2009

Strategi Pengembangan Pembelajaran Berbasis TIK

Indonesia sebagai negara berpopulasi tertinggi ke-4 tentunya memiliki tantangan yang nyaris yang sama dengan negara China dan India. Problem kesehatan dan pendidikan selalu dijadikan parameter untuk mengukur kesejahteraan rakyat di suatu Negara. Indonesia dengan populasi 247 juta dimana diantaranya terdapat 51 juta siswa dan 2,7 juta guru di lebih dari 293.000 sekolah, serta 300.000 dosen di lebih dari 2.700 perguruan tinggi yang tersebar di 17.508 pulau, 33 provinsi, 461 kabupaten/kota, 5.263 Kecamatan, dan 62.806 desa. Tentunya juga memiliki tantangan khusus di bidang pendidikan.
Beberapa tantangan diantaranya adalah: masih banyaknya anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun: angka partisipasi anak berusia sekolah 7-12 tahun untuk bersekolah masih dibawah 80% (APK SMP 85,22 dan APK SMA 52,2). Tantangan berikutnya adalah (1) tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah (sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki saluran telepon, apalagi koneksi internet): Kota vs Desa/Daerah Terpencil/Daerah Perbatasan, Indonesia Barat vs Indonesia Timur. (2) Tidak seragamnya dan masih rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditandai dengan tingkat kelulusan UN yang masih rendah, demikian pula nilai UN yang diperoleh siswa. (3) Rendahnya kualitas kompetensi tenaga pengajar, dimana dari jumlah guru yang ada 2.692.217, ternyata yang memenuhi persyaratan (tersertifikasi) hanya 727.381 orang atau baru 27% dari total jumlah guru di Indonesia. Dan yang tidak kalah penting adalah (4) rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah yang telah memiliki fasilitas TIK (utilitas rendah), disisi lain tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK yang memadai.
Pada kesempatan ini pula perlu sama-sama kita luruskan kembali bahwa TIK bukan hanya komputer dan internetnya, TIK juga melingkupi media informasi seperti radio dan televisi serta media komunikasi seperti telepon maupun telepon seluler dengan SMS, MMS, Music Player, Video Player, Kamera Foto Digital, dan Kamera Video Digital-nya serta e-Book Reader-nya. Jadi banyak media alternatif yang dapat dipilih oleh pengajar untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan. TIK yang termanfaatkan dengan baik dan tepat di dalam pendidikan akan: memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan, meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital.
Pemanfaatan TIK
Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat.
1. TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan, di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan Standar Kompetensi.
2. TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran, di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus, Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif , Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran, Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa.
3. TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia, Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi (Intranet Sekolah). dan
4. TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran – baik dalam skala menengah maupun luas – yang meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi).
Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan:
 ICT and media literacy skills)
 critical thinking skills
 problem-solving skills
 effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.
Peran Guru & Siswa
Di dalam proses belajar-mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru & Siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer of knowledge–nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran Guru & Siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya.
Kini di era pendidikan berbasis TIK, peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi Siswa. Karenanya Guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran Guru sebagaimana dimaksud, maka peran Siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain Siswa juga dapat belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.
Untuk mendukung proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip :
1. Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
2. Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
3. Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
4. Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
6. Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”
7. Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. (Jonassen (1995), dikutip oleh Norton et al (2001)).
8. Multisensory: memungkinkan pembelajaran dapat disampaikan untuk berbagai modalitas belajar (multisensory), baik audio, visual, maupun kinestetik (dePorter et al, 2000).
9. High order thinking skills training: memungkinkan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (seperti problem solving, pengambilan keputusan, dll.) serta secara tidak langsung juga meningkatkan ”ICT & media literacy” (Fryer, 2001).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka bukti otentik terjadinya pembelajaran berbasis TIK dapat kita cermati dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dan implementasinya yang dilaksanakan oleh setiap guru mata pelajaran di sekolah. RPP yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran dapat disusun melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan idealis dan pendekatan pragmatis.
Pertama, Pendekatan Idealis dapat dimulai dengan menentukan topik, kemudian menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan menentukan aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan TIK (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Kedua, Pendekatan Pragmatis dapat diawali dengan mengidentifikasi TIK (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, atau alat komunikasi sinkronous dan asinkronous lainnya) yang ada atau mungkin bisa dilakukan atau digunakan, kemudian memilih topik-topik apa yang bisa didukung oleh keberadaan TIK tersebut, dan diakhiri dengan merencanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator capaian hasil belajar dari topik pelajaran tersebut.
Adapun strategi yang dapat dipilih sesuai dengan kedua pendekatan tersebut adalah strategi: Resources-based learning (pembelajaran berbasis sumber daya), Case/problem-based learning (pembelajaran berbasis permasalahan/kasus sehari-hari), Simulation-based learning (pembelajaran berbasis simulasi), dan Colaborative-based learning (pembelajaran berbasis kolaborasi).
Peran TVE & Jardiknas
Sebagaimana kita ketahui bersama, tantangan terbesar negara kita dalam mencerdaskan bangsa adalah akses setiap masyarakat Indonesia ke sumber-sumber pengetahuan dan informasi pendidikan. Oleh karena itulah Depdiknas berupaya menjawab tantangan tersebut dengan inisiatif yang penuh inovasi melalui penyelenggaraan siaran TV Edukasi yang diresmikan pada tahun 2004 ini merupakan televisi yang mengkhususkan pada siaran pendidikan, termasuk program pembelajaran. Kemudian pada tahun 2006, Depdiknas menggelar Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional) yang merupakan jaringan TIK nasional terbesar yang dimanfaatkan oleh Depdiknas untuk keperluan komunikasi data administrasi, konten pembelajaran, serta informasi dan kebijakan pendidikan. TVE yang kini telah memiliki saluran 2 untuk Guru ini memiliki pola siaran: Informasi yang berisikan materi: News, Pola siaran yang berisikan Kebijakan, Profil Guru, dan sebagainya; Tutorial (Pendidikan Formal) yang berisikan materi:
pembelajaran berdasarkan kurikulum Program SD, SMP, SMA, SMK, PJJ S-1 PGSD konsorsium dan Program S1 PGSD Non Konsorsium; dan Pengayaan yang berisikan materi: pengkayaan dan materi yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Guru. Sedangkan Jardiknas saat ini memiliki 1.072 node (simpul) Zona Kantor dan Perguruan Tinggi yang tersebar di 33 provinsi dan 456 kabupaten/kota. Jardiknas yang berpusat di NOC Pustekkom Ciputat Banten dan NOC Telkom Karet Jakarta ini difasilitasi bandwidth intranet, internet domestik dan internet internasional yang cukup memadai untuk mendukung e-administrasi dan e-pembelajaran di Indonesia. Dalam waktu dekat – dalam rangka memenuhi Inpres nomor 5 tahun 2008 – Depdiknas akan mengembangkan Jardiknas Zona Sekolah untuk 15.000 sekolah dan Jardiknas Zona Perorangan untuk 7.943 tenaga pengajar yang memiliki laptop. Media koneksi Jardiknas Zona Sekolah berorientasi static internet (fixed), sedangkan Jardiknas Zona Perorangan berorientasi kepada mobile internet.
Konten
Kita memahami bahwa infrastruktur semegah apapun tidak akan berarti sama sekali jika tiada konten bermanfaat di dalamnya. Setiap hari pengguna internet berselancar di dunia maya hanya untuk mencari konten yang benar-benar diinginkannya secara instan. Baik didorong oleh rasa keingintahuan terhadap suatu fenomena maupun sekedar membuktikan sebuah informasi. Demikian halnya konten pendidikan yang disajikan melalui TVE maupun disediakan melalui Jardiknas. Beberapa konten e-learning yang selama ini cukup mendukung pembelajaran berbasis TIK adalah: Bimbingan Belajar Online, Bank Soal Online, Uji Kompetensi Online, Smart School, Telekolaborasi, Digital Library, Research Network, dan Video Conference PJJ.
Salah satu konten yang cukup menyita perhatian publik akhir-akhir ini adalah program buku murah yang dikemas di dalam aplikasi Buku Sekolah Elektronik (BS) yang dapat diakses melalui: bse.depdiknas.go.id. BSE merupakan langkah reformasi di bidang perbukuan dimana Depdiknas telah membeli Hak Cipta buku-buku teks pelajaran SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut. Softcopy buku-buku teks pelajaran tersebut didistribusikan melalui web BSE agar guru atau masyarakat dapat mengakses, mengunduh, mencetak, mendistribusikan, atau menjualnya sesuai HET (Harga Eceran Tertinggi) dimana saja dan kapan saja. Selain BSE versi Online yang dapat diakses melalui internet, Depdiknas juga telah menyediakan dan mendistribusikan BSE versi Offline yang dikemas di dalam cakram padat DVD.
Demikian strategi pengembangan pembelajaran berbasis TIK yang terus-menerus dikembangkan dan didukung oleh Depdiknas melalui sejumlah inisiatif dan inovasi di bidang teknologi pembelajaran, teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Kita dapat berharap suatu saat nanti TVE dan Jardiknas dapat menjadi Pusat Konten Pembelajaran yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja melalui koneksi Kabel, Nirkabel & Satelit

THEORY OF ORGANISATION OF LEARNING SITUATION ( TEORI TENTANG PENGORGANISASIAN SITUASI PEMBELAJARAN

Oleh: Abdul Wahid, Hajriana, Masita, Siti Maulidah, Siti RahmahA. Pendahuluan

Pendidikan nasional akan berhasil mencapai tujuan pendidikan jika didukung oleh pelaksanaan pendidikan di lembaga pendidikan. Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolahpun didukung oleh komponen- komponen pendidikan yang saling terkait dan terpadu dalam kerja sama yang sistemik.
Salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam proses pembelajaran adalah guru (pendidik). Peran guru dalam pembelajaran adalah memberikan bimbingan dan pelayanan pendidikan kepada siswa, baik bimbingan pengetahuan (transfer ilmu pengetahuan dan budaya), maupun bimbingan kepribadian (transfer nilai). Dengan demikian, guru bertanggung jawab menciptakan situasi/suasana yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang kondusif.
Kemampuan guru dalam mengorganisasikan situasi pembelajaran sering menjadi permasalahan, tidak jarang guru yang belum mampu mengelola situasi pembelajaran yang kondusif. Terkadang guru tidak mampu mempertahankan kondusifitas situasi pembelajaran yang awalnya sudah baik, namun di tengah pembelajaran perhatian siswa menjadi berkurang, siswa mulai melakukan aktifitas yang tidak sesuai dengan desain pembelajaran, dan lain sebagainya.
Dalam pengorganisasian situasi pembelajaran, guru juga perlu memahami konsep dan teknik pengelolaan kelas yang baik. Karena ruang kelas merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang paling dekat dan paling sering dimanfaatkan siswa sebagai tempat belajar, di samping lingkungan belajar di sekolah dan lingkungan masyarakat.
Banyak hal penting yang perlu diperhatikan oleh guru untuk mengorganisasikan situasi pembelajaran. Diantaranya konsep belajar mengajar yang efektif dan efesien, konsep pengorganisasian situasi pembelajaran, termasuk pengelolaan kelas.
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan tentang bagaimana konsep belajar mengajar, dan pengorganisasian situasi pembelajaran. Tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk mengulas kembali tentang konsep belajar mengajar dan pengorganisasian situasi pembelajaran, sehingga guru mampu menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif yang memungkinkan terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efesien.

B. Pembahasan

1. Teori belajar mengajar
Dalam pembelajaran terjadi proses belajar dan mengajar yang melibatkan guru dan siswa yang saling berinteraksi. Keduanya merupakan subjek pembelajaran yang saling memberi, mengisi, dan memotivasi sehingga tercipta pengalaman belajar bagi siswa dan guru.
a. Teori belajar
Belajar merupakan kegiatan pokok dalam proses pendidikan di sekolah, pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Menurut Slameto (2003: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian di atas, yaitu; perubahan terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, siswa bersifat positif dan aktif, bukan bersifat sementara, bertujuan atau terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. (Slameto, 2003: 3-4).
Sedangkan jenis-jenis belajar menurut Slameto (2003: 5-8), yakni; belajar bagian (part learning, practioned learning), belajar dengan wawasan (learning by insight), belajar diskriminatif (discriminatif learning), belajar global/keseluruhan (Global whole learning), belajar incidental (incidental learning), belajar instrumental (instrumental learning), belajar intensional (intentional learning), belajar laten (latent learning), belajar mental (mental learning), belajar produktif (productive learning), belajar verbal (verbal learning).
Teori-teori belajar banyak dikemukakan oleh para pakar pendidikan, di antaranya teori Gestalt, teori J. Bruner, teori Piaget, dan teori R. Gagne. Namun secara umum, Slameto (2003: 27-28) memberikan gambaran susunan prinsip-prinsip belajar yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip belajar tersebut sebagai berikut:
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, yakni:
a) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;
b) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;
c) belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif;
d) belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
2) Sesuai hakikat belajar, yakni;
a) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;
b) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;
c) belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan.
3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari, yakni;
a) belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;
b) belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4) Syarat keberhasilan belajar, yakni;
a) belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;
b) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

b. Teori mengajar
Mengajar merupakan salah satu kegiatan dalam proses pembelajaran. Menurut J. Mursell dan S. Nasution (2006: 8-9) bahwa mengajar adalah mengorganisasikan hal-hal yang berhubungan dengan belajar dapat dilihat pada segala macam situasi mengajar, yang baik maupun yang buruk. Selain itu, mengajar juga dapat dipandang sebagai menciptakan situasi dimana diharapkan anak-anak akan belajar dengan efektif. Dapat pula mengajar dipandang sebagai menyusun sejumlah kegiatan-kegiatan dalam hidup sekelompok manusia yang belajar.
Slameto (2003: h. 35-39), menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip mengajar yang perlu diperhatikan oleh seorang guru. Ada dua pendapat tentang prinsip- prinsip mengajar yang akan diuraikan sebagai berikut:
Pedapat yang pertama menyebutkan sepuluh prinsip mengajar, sebagai berikut:
1) Perhatian. Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru.
2) Aktivitas. Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat.
3) Appersepsi. Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya.
4) Peragaan. Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha menunjukkan benda-benda yang asli. Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan, atau menggunakan media lainnya seperti radio, tape recorder, TV dan lain sebagainya.
5) Repetisi. Bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang.
6) Korelasi. Guru dalam mengajar wajib memperrhatikan dan memikirkan hubungan antar setiap mata pelajaran.
7) Konsentrasi. Hubungan antar mata pelajaran dapat diperluas, mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas dan mendalam.
8) Sosialisasi. Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya.
9) Individualisasi. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa (secara individual), agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu.
10) Evaluasi. Guru harus memiliki pengertian evaluasi, mendalami tujuan dan kegunaan evaluasi, mengenal fungsi evaluasi dan macam-macam bentuk dan prosedur penilaian.

Pendapat yang kedua dikemukakan oleh Mursel, bahwa terdapat enam prinsip mengajar yang perlu diperhatikan oleh seorang guru, sebagai berikut:
1) Konteks. Dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks belajar itu sendiri. Situasi problematik yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks, yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan yang melibatkan dia menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuannya sendiri.
2) Fokus. Dalam proses belajar perlu diorganisasikan bahan yang penting artinya belajar yang penuh makna dan efektif harus diorganisasikan di suatu fokus .
3) Sosialisasi. Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kelompok berdiskusi.
4) Individualisasi. Dalam mengorganisasi belajar mengajar, guru memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan sebaik-baiknya.
5) Sequence. Belajar sebagai gejala tersendiri dan hendaknya diorganisasikannya dengan tepat berdasarkan prinsip konteks, fokalisasi, sosialisasi dan individualisasi.
6) Evaluasi. Dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang mlekat pada proses belajar itu.

Dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan tugas mengajar perlu memperhatikan prinsip yang berkaitan dengan pengembangan individu dan sosial siswa, mengorganisasi dan menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian siswa, sesuai dengan konteks, dan terdapat korelasi antar mata pelajaran, serta memperhatikan teknik pembelajaran dengan melakukan proses repetisi (pengulangan) dan memusatkan perhatian siswa (fokus) pada satu materi atau pusat minat.

2. Pengorganisasian situasi pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang di dalamnya terjadi proses belajar dan mengajar yang melibatkan guru, siswa, dan sumber belajar lainnya. Menurut Sudarsono Sudirdjo dan Eveline Siregar dalam tulisannya yang berjudul “Media Belajar Sebagai Pilihan dalam Strategi Pembelajaran” (Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar, 2007: 4) bahwa pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah (facilated) pencapaiannya.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa salah satu tugas guru dalam proses pembelajaran adalah mengorganisasikan situasi pembelajaran. Hal ini juga dikemukakan Hamzah B. Uno dalam Martinis Yamin dan Maisah (2009: 135) bahwa salah satu dari tiga strategi yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran adalah pengorganisasian pembelajaran. Untuk itulah guru dapat disebut sebagai organisator pembelajaran.
Berkaitan dengan tugas guru sebagai organisator situasi pembelajaran, Slameto (2003: 74-76) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran, ada dua kondisi (situasi) yang perlu diperhatikan oleh seorang guru, yaitu:
a. Kondisi internal, yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatannya, kemanannya, ketentramannya, dan sebagainya. Menurut Maslow, ada tujuh (7) kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, yaitu; 1) kebutuhan fisiologis, 2) kebutuhan akan keamanan, 3) kebutuhan akan kebersamaan dan cinta, 4) kebutuhan akan status, 5) kebutuhan self-actualisation, 6) kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, 7) kebutuhan estetik (kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan, dan kelengkapan dari suatu tindakan).
b. Kondisi eksternal, yaitu kondisi (situasi) yang ada di luar diri pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan, serta keadaan lingkungan fisik yang lain.

Kedua kondisi (situasi) inilah yang harus diperhatikan dan diorganisasikan guru dalam proses pembelajaran, agar pembelajaran menjadi bermakna, memberikan pengalaman belajar bagi siswa dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta sesuai dengan kebutuhan dan motivasi siswa.
Proses pengorganisasian situasi pembelajaran tidak terlepas dari tugas guru dalam menciptakan situasi kelas untuk belajar dan membimbing siswa untuk saling belajar membelajarkan serta membawa dampak lahirnya masukan bagi guru. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan pengelolaan kelas yang baik, karena di kelaslah akan terjadi proses organisasi pembelajaran.
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno (2007: 105) mengemukakan bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan yang mewujudkan sistem perencanaan pengajaran dalam setting pembelajaran nyata, dengan evaluasi yang terkontrol secara sistematik dan memberi timbal balik secara langsung. Menurutnya cirri-ciri pengelolaan kelas yakni terjadinya intensitas interaksi antara guru-murid, murid-guru, murid-murid, murid dengan dirinya sendiri, guru dengan jati diri profesinya dan murid-guru dengan komponen belajar lainnya.
Melalui proses pengelolaan kelas, maka akan tercipta kelas dengan karakter sebagai berikut:
a. Speed, artinya anak dapat belajar dalam percepatan proses dan progress, sehingga membutuhkan waktu yang relative singkat.
b. Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi kelas kondusif
c. Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi.

Bobbi dePorter dkk. (Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, 2007: 106-107) menawarkan beberapa modalitas dalam resep pengelolaan pembelajaran pembelajaran, antara lain:
a. Dari dunia mereka ke dunia kita
Prinsip menjembatani jurang antara siswa dan guru akan memudahkan guru membangun jalinan komunikasi yang baik, menyelesaikan bahan pelajaran lebih cepat, membuat hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan.
b. Cermati Modalitas V-A-K
Visual modalitas mengakses cara visual yang diciptakan maupun diingatkan. CD Auditorial mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan dan diingatkan. Dan Kinestetik mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan dan diingatkan.
c. Model kesuksesan dari sudut pandang perancang
Guru selalu mengolah secara cermat rencana pengajaran untuk mempersiapkan siswa belajar dengan penuh kehangatan dan antusias.
d. Pertemukan kecerdasan berganda
Prestasi belajar merupakan harmoni dari berbagai kecerdasan, bukan satu kecerdasan, misalnya kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan kreativitas (CQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).



e. Penggunaan metafora, perumpamaan, dan sugesti
Metafora dapat menghidupkan konsep-konsep yang dapat terlupakan dan memunculkannya ke dalam otak secara mudah dan cepat dengan asosiasi. Sugesti memberi bayangan yang mudah diingat.

Sementara itu, keterampilan mengelola kelas sangat berkaitan dengan usaha guru untuk mempertahankan kondisi kelas dan mengembangkan iklim kelas. Thomas Gordon (Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, 2007: 106-107) memberikan resep mempertahankan kondisi kelas yang baik, yakni; 1) Keterbukaan dan transparan, sehingga memungkinkan terjadinya keterusterangan dan kejujuran siswa dalam pembelajaran; 2) Penuh perhatian, sehingga setiap pihak mengetahui bahwa dirinya dihargai oleh pihak lain; 3) Saling ketergantungan; 4) Keterpisahan, untuk membuka kemungkinan tumbuhnya keunikan, kreativitas dan individualitas masing-masing; 5) Pemenuhan kebutuhan bersama sehingga tidak ada pihak yang merasa dikorbankan untuk memenuhi kepentingan pihak lain.
Jadi pada dasarnya, pengelolaan kelas merupakan upaya penciptaan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang optimal, sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien.

3. Penataan ruang kelas untuk penciptaan situasi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan
Lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Dhority yang dikutip oleh Bobbi dePorter dkk. (Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, 2007: 109) melalui hasil penelitiannya menyebutkan bahwa lingkungan yang ditata secara bagus untuk mendukung belajar harus dilakukan. Ia berkata “Belajar itu segar, hidup penuh semangat atau datang dan jelajahi”.
Hal-hal penting untuk diperhatikan dalam penataan ruang kelas antara lain:
a. Bangku dan meja belajar
b. Pas bunga
c. Hiasan dinding (gambar, jam dinding, mading kelas)
d. Musik
e. Rak buku
Selain dari lingkungan kelas di atas, pengelolaan pembelajaran juga mencakup pengelolaan lingkungan belajar (latar) di luar kelas, seperti pemanfaatan halaman sekolah, kantin sekolah, taman, mushallah/masjid sekolah, dan sebagainya, kemudian pemanfaatan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar, misalnya kebun binatang dan tempat umum lainnya.

C. Penutup
Keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada peran seorang guru dalam menciptakan situasi yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan efektif. Situasi pembelajaran dapat diorganisasikan dengan memahami dan menerapkan teori-teori belajar dan mengajar, serta memahami konsep dan teknik mengelola kelas yang kondusif dan menyenangkan.


DAFTAR PUSTAKA

Fathurrahman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar; Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT. Refika Aditama

Mursell, J. dan S. Nasution. 2006. Mengajar dengan Sukses (Successful Teaching). Jakarta: Bumi Aksara

Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Yamin, Martinis dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas; Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada

Kamis, 17 Desember 2009

guru sekumpul




Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani yang selagi kecil dipanggil dengan nama Qusyairi adalah anak dari perkawinan Abdul Ghani bin H Abdul Manaf dengan Hj Masliah binti H Mulya. Muhammad Zaini Ghani merupakan anak pertama, sedangkan adiknya bernama H Rahmah.
Beliau dilahirkan di Tunggul Irang, Dalam Pagar, Martapura pada malam Rabu tanggal 27 Muharram 1361 H bertepatan dengan tanggal 11 Februari 1942 M.
Diceriterakan oleh Abu Daudi, Asy Syekh Muhammad Ghani sejak kecil selalu berada di samping ayah dan neneknya yang bernama Salbiyah. Kedua orang ini yang memelihara Qusyairi kecil. Sejak kecil keduanya menanamkan kedisiplinan dalam pendidikan. Keduanya juga menanamkan pendidikan tauhid dan akhlak serta belajar membaca Alquran. Karena itulah, Abu Daudi meyakini, guru pertama dari Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani adalah ayah dan neneknya sendiri.
Semenjak kecil beliau sudah digembleng orang tua untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama. Guru Sekumpul sewaktu kecil sering menunggu al-Alim al-Fadhil Syaikh Zainal Ilmi yang ingin ke Banjarmasin hanya semata-mata untuk bersalaman dan mencium tangannya.
Pada tahun 1949 saat berusia 7 tahun, beliau mengikuti pendidikan “formal” masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Guru-guru beliau pada masa itu antara lain, Guru Abdul Muiz, Guru Sulaiman, Guru Muhammad Zein, Guru H. Abdul Hamid Husain, Guru H. Rafi’i, Guru Syahran, Guru Husin Dahlan, Guru H. Salman Yusuf. Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Pada masa ini beliau sudah belajar dengan Guru-guru besar yang spesialist dalam bidang keilmuan seperti al-Alim al-Fadhil Sya’rani Arif, al-Alim al-Fadhil Husain Qadri, al-Alim al-Fadhil Salim Ma’ruf, al-Alim al-Allamah Syaikh Seman Mulya, al-Alim Syaikh Salman Jalil, al-Alim al-Fadhil Sya’rani Arif, al-Alim al-Fadhil al-Hafizh Syaikh Nashrun Thahir, dan KH. Aini Kandangan. Tiga yang terakhir merupakan guru beliau yang secara khusus untuk pendalaman Ilmu Tajwid.
Kalau kita cermati deretan guru-guru beliau pada saat itu adalah tokoh-tokoh besar yang sudah tidak diragukan lagi tingkat keilmuannya. Walaupun saya tidak begitu mengenal secara mendalam tetapi kita mengenal Ulama yang tawadhu KH. Husin Qadri lewat buku-buku beliau seperti Senjata Mukmin yang banyak dicetak di Kal-Sel. Sedangkan al-Alim al-Allamah Seman Mulya, dan al-Alim Syaikh Salman Jalil, ingin rasanya berguru dan bertemu muka ketika masih hidup. Syaikh Seman Mulya adalah paman beliau yang secara intensif mendidik beliau baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Dan ketika mendidik Guru Sekumpul, Guru Seman hampir tidak pernah mengajarkan langsung bidang-bidang keilmuan itu kepada beliau kecuali di sekolahan. Tapi Guru Seman langsung mengajak dan mengantarkan beliau mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan sepesialisasinya masing-masing baik di daerah Kal-Sel (Kalimantan) maupun di Jawa untuk belajar. Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, guru Seman mengajak (mengantarkan) beliau kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir. Menurut Guru Sekumpul sendiri, di kemudian hari ternyata Guru Tuha Seman Mulya adalah pakar di semua bidang keilmuan Islam itu. Tapi karena kerendahan hati dan tawadhu tidak menampakkannya ke depan khalayak.
Sedangkan al-Alim al-Allamah Salman Jalil adalah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh. (Pada masa itu, hanya ada dua orang pakar ilmu falak yang diakui ketinggian dan kedalamannya yaitu beliau dan al-marhum KH. Hanafiah Gobet). Selain itu, Salman Jalil juga adalah Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah seorang tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin. Beliau ini pada masa tuanya kembali berguru kepada Guru Sekumpul sendiri. Peristiwa ini yang beliau contohkan kepada kami agar jangan sombong, dan lihatlah betapa seorang guru yang alim besar tidak pernah sombong di hadapan kebesaran ilmu pengetahuan, meski yang sekarang sedang menyampaikannya adalah muridnya sendiri.
Selain itu, di antara guru-guru beliau lagi selanjutnya adalah Syaikh Syarwani Abdan (Bangil) dan al-Alim al-Allamah al-Syaikh al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut Guru Khusus beliau, atau meminjam perkataan beliau sendiri adalah Guru Suluk (Tarbiyah al-Shufiyah). Dari beberapa guru beliau lagi adalah Kyai Falak (Bogor), Syaikh Yasin bin Isa Padang (Makkah), Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani, dan Syaikh Abdul Kadir al-Bar. Sedangkan guru pertama secara ruhani adalah al-Alim al-Allamah Ali Junaidi (Berau) bin al-Alim al-Fadhil Qadhi Muhammad Amin bin al-Alim al-Allamah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan al -Alim al-Allamah Muhammad Syarwani Abdan Bangil. (Selain ini, masih banyak tokoh lagi di mana sebagiannya sempat saya catat dan sebagian lagi tidak sempat karena waktu itu beliau menyebutkannya dengan sangat cepat. Sempat saya hitung dalam jumblah kira-kira, guru beliau ada sekitar 179 orang sepesialis bidang keilmuan Islam terdiri dari wilayah Kalimantan sendiri, dari Jawa-Madura, dan dari Makkah).
Gemblengan ayah dan bimbingan intensif pamanda beliau semenjak kecil betul-betul tertanam. Semenjak kecil beliau sudah menunjukkan sifat mulia; penyabar, ridha, pemurah, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Kasih sayang yang ditanamkan dan juga ditunjukkan oleh ayahnda beliau sendiri. Seperti misalnya suatu ketika hujan turun deras sedangkan rumah beliau sekeluarga sudah sangat tua dan reot. Sehingga air hujan merembes masuk dari atap-atap rumah.Pada waktu itu, ayah beliau menelungkupi beliau untuk melindungi tubuhnya dari hujan dan rela membiarkan dirinya sendiri tersiram hujan.
Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Syekh Muhammad Ghani juga adalah seorang pemuda yang shalih dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem memenej usaha dagang beliau sampaikan kepada kami lewat cerita-cerita itu.
Beberapa cerita yang diriwayatkan adalah Sewaktu kecil mereka sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur, dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh. Pada masa-masa itu juga, ayahnda beliau membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayahnda beliau selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada beliau. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga. Adapun sistem mengatur usaha dagang, beliau sampaikan bahwa setiap keuntungan dagang itu mereka bagi menjadi tiga. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiga untuk disumbangkan. Salah seorang ustazd kami pernah mengomentari hal
ini, “bagaimana tidak berkah hidupnya kalau seperti itu.” Pernah sewaktu kecil beliau bermain-main dengan membuat sendiri mainan dari gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan melihatnya. Dengan ramah sang ayah menegur beliau, “Nak, sayangnya mainanmu itu. Padahal bisa dibuat sayur.” Beliau langsung berhenti dan menyerahkannya kepada sang ayah.

Beberapa Catatan lain berupa beberapa kelebihan dan keanehan: Beliau sudah hapal al-Qur`an semenjak berusia 7 tahun. Kemudian hapal tafsir Jalalain pada usia 9 tahun. Semenjak kecil, pergaulan beliau betul-betul dijaga. Kemanapun bepergian selalu ditemani (sepupu beliau yang ditugaskan oleh Syaikh Seman Mulya untuk menemani beliau). Pernah suatu ketika beliau ingin bermain-main ke pasar seperti layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamanda beliau Syaikh Seman Mulya di hadapan beliau dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syaikh, begitu juga sepupu yang menjadi “bodyguard’ beliau. Beliaupun langsung pulang ke rumah.
Pada usia 9 tahun pas malam jum’at beliau bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis “Sapinah al-Auliya”. Beliau ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Beliaupun terbangun. Pada malam jum’at berikutnya, beliau kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam jum’at ketiga, beliau kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini beliau dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syaikh. Ketika sudah masuk beliau melihat masih banyak kursi yang kosong.
Ketika beliau merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka tak dikira orang yang pertama kali menyambut beliau dan menjadi guru adalah orang yang menyambut beliau dalam mimpi tersebut.
Salah satu pesan beliau tentang karamah adalah agar kita jangan sampai tertipu dengan segala keanehan dan keunikan. Karena bagaimanapun juga karamah adalah anugrah, murni pemberian, bukan suatu keahlian atau skill. Karena itu jangan pernah berpikir atau berniat untuk mendapatkan karamah dengan melakukan ibadah atau wiridan-wiridan. Dan karamah yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah istiqamah di jalan Allah itu sendiri. Kalau ada orang mengaku sendiri punya karamah tapi shalatnya tidak karuan, maka itu bukan karamah, tapi “bakarmi” (orang yang keluar sesuatu dari duburnya). Selain sebagai ulama yang ramah dan kasih sayang kepada setiap orang, beliau juga orang yang tegas dan tidak segan-segan kepada penguasa apabila menyimpang. Karena itu, beliau menolak undangan Mendiang Presiden Suharto untuk mengikuti acara halal bil halal di Jakarta. Begitu juga dalam pengajian-pengajian, tidak kurang-kurangnya beliau menyampaikan kritikan dan teguran kepada penguasa baik Gubernur, Bupati atau jajaran lainnya dalam suatu masalah yang beliau anggap menyimpang atau tidak tepat.
Pada hari Rabu 10 Agustus 2005 jam 05.10 pagi beliau telah berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun.


Rabu, 16 Desember 2009

METODE PENDIDIKAN ISLAM

Yang dimaksud dengan metode pendidikan disini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata “metode” disini diartikan secara luas karena mengajar adalah salah satu bentuk upaya mendidik, yang mencakup metode mengajar.
A. Cara Melaksanakan Pengajaran
Urutan langkah mengajar ditentukan oleh banyak hal, antara lain:
a. Oleh tujuan pengajaran yang hendak dicapai pada jam pelajaran itu,
b. Oleh kemampuan guru,
c. Oleh keadaan alat-alat yang tersedia,
d. Oleh jumlah murid.
B. Metode Pembinaan Rasa Beragama
Menurut al-Nahlawi, metode untuk menanamkan rasa iman adalah sebagai berikut:
a. Metode hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi,
b. Metode kisah Qurani dan Nabawi,
c. Metode amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi,
d. Metode keteladanan,
e. Metode pembiasaan,
f. Metode ibrah dan mau’izah
g. Metode targhib dan tarhib,
Dan penelitian yang dilakukan selama kira-kira sepuluh tahun terakhir ini:
a. Metode pepujian,
b. Metode wirid

PERENCANAAN SISTEM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh ; Siti Maulidah
A. Pengertian perencanaan
Perencanan secara umum:
1. menerut Cun Ningham adalah menyeleksi dan menghubungkan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan mempormulasikan hasil yang diinginkan.
2. meneurut Statler perencanaan adalah hubungan antra apa yang ada sekarang dengan kebutuhan, penentuan tujuan,prioritas program, dan alokasi sumber.
3. meneurut Robbins perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisifasi dan menyeimbangkan perubahan.
Jadi perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegitan agar dapat berjalan dengan baik disertai dengan langkah-langkah yang antisiptik guna memperkecil ksenjangan yang terjadi sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan dalam bidang pendidikan
a. menurut Sucipto yaitu penyusunan program tentang berbagai hal yang saling terkait dalampelaksanaan suatu kegiatan
b. menurut Kusairi Mufti perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian serata perkiraan sumber yang dapat tersedia
c. menurut Sri Mulyani perencanaan diartikan suatu pengorganisasian tentang berbagai hal yang berhubunga dengan kegiatan untuk mencapai tujuan
urutan dalam suatu perencanaan ditinjau dari suatu system :
1. tujuan
2. bahan
3. metode
4. pasilitas (sarana dan prasarana)
5. penilaian (evaluasi)
Semuanya saling terkait antara satu dengan yang lainnya.
B. Prose perencanaan
1. tahap pra perencanaan
2. tahap perencanaan awal
3. tahap pormulasi rencana
4. tahap ilaburasi rencana
5. tahap implementasi rencana
6. tahap evaluasi
C. Jenis perencanaan
1. perencanaan ditinjau dari segi metode. Perencanaan meliputi
a. perencanaan makro :
b. perencanaan meso
c. perencanaan mikro
2. menurut telaah, perencanaan yaitu
a. Perencanaan setrategis yaitu perencanaan yang berkaitan dengan penetapan tujuan, pengalokasin sumber-sumber dala mencapai tujuan dan kebijakan yang dipakai untuk pedoman kerja
b. Perencanaan manejerial adalah perencanaan yang diarahkan pada proses pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai dengan efektif dan efisien
c. Perencanaan yang bersifat oprasional adalah perencanaan yang terpusat pada tingkat pelaksanaan di lapangan.
3. dari segi jangka waktu
a. Waktu pajang yaitu 10-25 tahun
b. Waktu menengah yaitu 4-10 tahun
c. Waktu pendek yaitu 1-3 tahun
D. Prinsip-prinsip perencanaa
1. bersifat komprehensp
2. bersifat integrita
3. harus memperhatikan asfek kuantitatif dan kualitatif
4. perencanaan jangka panjang
5. efesiensi

Kode Etik Peserta Didik Dalam Belajar

Oleh : Siti Maulidah
A. Latar Belakang
Setiap insan tak bisa lepas dari belajar sebab, belajar merupakan fitroh manusia. Sebagai proses untuk menjadi yang lebih baik. Sejak manusia lahir di dunia ini ia mulai belajar dari berbagai hal yang ada disekitarnya. Oleh karenanya imam Syafi’i pernah mengungkapkan bahwa “ belajarlah krena tidak ada orang yang dilahirkan dalam kadaan berilmu, orang berilmu tidak sama dengan orang yang bodoh”’ sebagaimana firman Allah yang berbunyi :

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S Al-Zumar ayat 9)
Dan Allah juga berfirma :

…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.S. Al-Mujadilah ayat 11)
Dari ayat –ayat diatas disebutkan tentang keutamaan orang –orang yang berilmu
Sungguh pun demikian , seorang pencari ilmu diharuskan mengetahui dan menerapkan sejauhmana kode etik dalam usahanya mencari ilmu tersebut. Layaknya aktivitas-aktivitas yang lain yang membutuhkan rambu-rambu yang menuntut seseorang meraih tujuannya, maka aktivitasbbelajarbdan mencari ilmu pun ada kode etik dan aturannya. Begitu pentingnya sebuah etika, Zakariya Al-‘Anbanri mengaakan, “ Ilmu tanpa etika bagaikan api tanpa kayu baker. Sedangkan etika tanpa ilmu bagaikan ruh tanpa jasad”. Bahkan ibunda Malik bin Anas pernah berpesan kepadanya, “ pergilah kepada Rabi’ah dan pelajarilah etikanya sebelum mempelajari ilmunya.”
Karena , ilmu tanpa adab (etika) tidak akan bermanfaat. Dan ilmu yang tidak disertai jiwa yang bersih dan suci terkadang akan menjadi hujan keburukan atas pemiliknya pada hari kiamat yaitu, di saat harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Melihat realita yang ada sekarang ini banyak sekali peserta didik yang tidak mengetahui etika dalam menuntut ilmu padahal etika atau adab menuntut ilmu itu sangat perlu dimiliki peserta didik dalam menuntut ilmu sehingga ilmu yang didapat lebih bermanfaat bagi dirinya.
Dari uraian diatas penulis tertarik dan bekeinginan untuk meneliti dan mengangkat permasalahan dengan judul “Kode Etik Peserta Didik dalam belajar di Pondok Pesantren Al-Falah”
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan masalah dalam penulisan proposal terpokus pada persoalan, maka rumusan maslah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Kode Etik Peserta Didik dalam belajar di Pondok Pesantren Al-Falah?
C. Definisi Oprasional
Untuk menghindri interprestasi yang salah terhadapnjudul penelitian ini maka penulis memberikan definisi oprasional sebagai berikut:
Kode etik adalah ketentuan atau atauran-atauran yang berkenaan dengan akhlak, sopan santun dan lain-lain sedangkan Peserta didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan usaha , bantuan, bimbingan orang lin untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakn tuasnya sebagai makhluk Tuhan jadi ysngdimaksud dengan judul Kode Etik Pesert Didik dalam belajar di Pondok Pesantren Al-Falah adalah ketentuan atau atauran-atauran yang harus diperhatikan oleh seorang peserta didik dalam belajar, sepeti apasaja yang harus dia lakukan, sifat-sifat apa saja yang harus dia miliki, dan lain sebaginya.
D. Alasan Memilih Judul
1. Adab (etika) dalam belajar sangat penting diketahui oleh siswa sebelum dia belajar (menuntut ilmu)
2. Karena , ilmu tanpa adab (etika) tidak akan bermanfaat. Dan ilmu yang tidak disertai jiwa yang bersih dan suci terkadang akan menjadi hujan keburukan atas pemiliknya pada hari kiamat
3. Karena judul ini sangat menarik bagi penulis dan judul ini sangat erat kaitannya dengan latar belakang pendidikan peneliti
E. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Kode Etik Pesert Didik dalam belajar di Pondok Pesantren Al-Falah
F. Landasan teori
1. Pengertian Kode Etik
Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode yang berari tulisan (kata-kata, tanda) yang dengan persetujuan mempunyai arti atau maksud tertentu. Sedangkan etik, dapat berari aruran tata susila, sikap atai akhlak, dengan demikian kode etik secara kebahasaan berarti ketentuan atau aturan yang berkenaan tata susila, dan akhlak
2. Pengertian Peserta Didik
Dalam istialh tasawuf, peserta didik sering kali disebut dengan “ murid” atau thalib secara etimologi, murid berarti orang yang menghendaki, sedangkan menurut terminology murid adalah pencari hakikat di bawah bimbigan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid). Sedagkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari sedangkan menurut istilah tasawuf.
Peserta didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan usaha , bantuan, bimbingan orang lin untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakn tuasnya sebagai makhluk Tuhan.
3. Sisfat-Sifat dan Kode Etik Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Sifat-sifat dank ode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupn tidak langsung. Al-Ghazali, yang dikutif oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu :
a. Belajar dengan nilai ibadah dalam rangka taqarrub kepda Allah SWT. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta ddik dituntut untuk menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela dan mengisi dengan akhlak terpuji.
b. Mengurangi kecendrungan pada duniawi dibandingkan maslah ukhrawi. Artinya belajar tak semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi, baik dihadapan manusia dan Allah SWT.
c. Bersikap tawadhu (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya. Sekalipun ia cerdas
d. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh satukompetensi ang utuh dan mendalam dalam belaar
e. Mempelajari imu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrawi maupun duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela.
f. Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan menulis pelajaran yang mudah menuju pelajaran yang susah (abstrak) atau dari ilmu yang fardhu ‘ain menuju ilmu yang fardhu kifayah.
g. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya.
h. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipeajari, sehingga mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu masalah.
i. Memproritaskan ilmu diniyah, dengan kewajiban sebagai makhluk Allah SWT, sebelummemasuki ilmu duniawi
j. Megenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu yang bermanfaat dapat membahagiakan, menyejahterakan, serta memberi keselmatan dunia akherat
k. Peserta didik harus tunduk dan patuh pada nasehat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit kepada dokternya, mengikuti segala prosudur dan metode mazhab yang dianjurkan pendidik-pendidik pada umumnya.
Ali bin Abi Thalib memberikan syarat bagi peseta didik dengan enam macam, yang merupakan kompetensi mutlak dan dibutuhkan tercapainya tujuan pendidikan, syarat yang dimaksud sebagaimana dalam syairnya :
اَلاَلاَتَنَالُ العِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ
سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
ذُكَاءٍ وَحِرْسِ وَ اصْطِبَارٍ وَ بُلْغَةٍ
وَ اِرْشَادِ اُسْتَاذٍ وَ طُوْلِ الزَّمَانِ
“ingatlah! Engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu kecuali karena enam syarat ; aku akan menjelaskan keenam syarat itu padamu, yaitu : kecerdasan, hasrat dan motivasi yang keras, sabar, modal (sarana), petunjuk guru, dan masa yang panjang (kontinu).”

G. Metode Penelitian
Populasi dan Sample Penelitian yang penulis lakukan disini adalah jenis penelitian lapangan (Field Work Research), yang mana dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah seluruh siswa-siswi pondok pesanten al-Falah. adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Apabila dilihat dari judul skripsi ang dimaksud dngan popuasi adalah keseluruhan objek yang menjadi sasaran peneliti,
b. Sampel
Yang menjadi sample dalam penelitian diambil dari 20 % dari jumlah keseluruhan populasi
2. Teknik Pengumulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik Field Work Research (Penelitian Lapangan) dengan beberapa metode, yaitu:
a. Observasi
b. Angket
Teknik ini digunaka dengan memberikan pertayaan berupa angket kepada resonden unuk mempermudah menggali data yang berkenaan dengan. Bagaimana . Penulis lebih dahulu memberi sekor alternative dari jawaban responden sebagai berikut :
alternatif A di beri skor 3
alternatif B di beri skor 2
alternatif C di beri skor 1
c. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara mendalam kepada responden maupun informen untuk mendukung data yang akan dikumulkan
d. Dokumentasi
3. Teknik Analisa Data
Setelah mengumpulkan data yang di peroleh, maka peneliti akan melakukan analisa data deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan secara objektif tentang