Rabu, 16 Desember 2009

Kode Etik Peserta Didik Dalam Belajar

Oleh : Siti Maulidah
A. Latar Belakang
Setiap insan tak bisa lepas dari belajar sebab, belajar merupakan fitroh manusia. Sebagai proses untuk menjadi yang lebih baik. Sejak manusia lahir di dunia ini ia mulai belajar dari berbagai hal yang ada disekitarnya. Oleh karenanya imam Syafi’i pernah mengungkapkan bahwa “ belajarlah krena tidak ada orang yang dilahirkan dalam kadaan berilmu, orang berilmu tidak sama dengan orang yang bodoh”’ sebagaimana firman Allah yang berbunyi :

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S Al-Zumar ayat 9)
Dan Allah juga berfirma :

…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Q.S. Al-Mujadilah ayat 11)
Dari ayat –ayat diatas disebutkan tentang keutamaan orang –orang yang berilmu
Sungguh pun demikian , seorang pencari ilmu diharuskan mengetahui dan menerapkan sejauhmana kode etik dalam usahanya mencari ilmu tersebut. Layaknya aktivitas-aktivitas yang lain yang membutuhkan rambu-rambu yang menuntut seseorang meraih tujuannya, maka aktivitasbbelajarbdan mencari ilmu pun ada kode etik dan aturannya. Begitu pentingnya sebuah etika, Zakariya Al-‘Anbanri mengaakan, “ Ilmu tanpa etika bagaikan api tanpa kayu baker. Sedangkan etika tanpa ilmu bagaikan ruh tanpa jasad”. Bahkan ibunda Malik bin Anas pernah berpesan kepadanya, “ pergilah kepada Rabi’ah dan pelajarilah etikanya sebelum mempelajari ilmunya.”
Karena , ilmu tanpa adab (etika) tidak akan bermanfaat. Dan ilmu yang tidak disertai jiwa yang bersih dan suci terkadang akan menjadi hujan keburukan atas pemiliknya pada hari kiamat yaitu, di saat harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
Melihat realita yang ada sekarang ini banyak sekali peserta didik yang tidak mengetahui etika dalam menuntut ilmu padahal etika atau adab menuntut ilmu itu sangat perlu dimiliki peserta didik dalam menuntut ilmu sehingga ilmu yang didapat lebih bermanfaat bagi dirinya.
Dari uraian diatas penulis tertarik dan bekeinginan untuk meneliti dan mengangkat permasalahan dengan judul “Kode Etik Peserta Didik dalam belajar di Pondok Pesantren Al-Falah”
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan masalah dalam penulisan proposal terpokus pada persoalan, maka rumusan maslah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Kode Etik Peserta Didik dalam belajar di Pondok Pesantren Al-Falah?
C. Definisi Oprasional
Untuk menghindri interprestasi yang salah terhadapnjudul penelitian ini maka penulis memberikan definisi oprasional sebagai berikut:
Kode etik adalah ketentuan atau atauran-atauran yang berkenaan dengan akhlak, sopan santun dan lain-lain sedangkan Peserta didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan usaha , bantuan, bimbingan orang lin untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakn tuasnya sebagai makhluk Tuhan jadi ysngdimaksud dengan judul Kode Etik Pesert Didik dalam belajar di Pondok Pesantren Al-Falah adalah ketentuan atau atauran-atauran yang harus diperhatikan oleh seorang peserta didik dalam belajar, sepeti apasaja yang harus dia lakukan, sifat-sifat apa saja yang harus dia miliki, dan lain sebaginya.
D. Alasan Memilih Judul
1. Adab (etika) dalam belajar sangat penting diketahui oleh siswa sebelum dia belajar (menuntut ilmu)
2. Karena , ilmu tanpa adab (etika) tidak akan bermanfaat. Dan ilmu yang tidak disertai jiwa yang bersih dan suci terkadang akan menjadi hujan keburukan atas pemiliknya pada hari kiamat
3. Karena judul ini sangat menarik bagi penulis dan judul ini sangat erat kaitannya dengan latar belakang pendidikan peneliti
E. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Kode Etik Pesert Didik dalam belajar di Pondok Pesantren Al-Falah
F. Landasan teori
1. Pengertian Kode Etik
Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode yang berari tulisan (kata-kata, tanda) yang dengan persetujuan mempunyai arti atau maksud tertentu. Sedangkan etik, dapat berari aruran tata susila, sikap atai akhlak, dengan demikian kode etik secara kebahasaan berarti ketentuan atau aturan yang berkenaan tata susila, dan akhlak
2. Pengertian Peserta Didik
Dalam istialh tasawuf, peserta didik sering kali disebut dengan “ murid” atau thalib secara etimologi, murid berarti orang yang menghendaki, sedangkan menurut terminology murid adalah pencari hakikat di bawah bimbigan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid). Sedagkan thalib secara bahasa berarti orang yang mencari sedangkan menurut istilah tasawuf.
Peserta didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan usaha , bantuan, bimbingan orang lin untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakn tuasnya sebagai makhluk Tuhan.
3. Sisfat-Sifat dan Kode Etik Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Sifat-sifat dank ode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakannya dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupn tidak langsung. Al-Ghazali, yang dikutif oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sebelas pokok kode etik peserta didik, yaitu :
a. Belajar dengan nilai ibadah dalam rangka taqarrub kepda Allah SWT. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta ddik dituntut untuk menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela dan mengisi dengan akhlak terpuji.
b. Mengurangi kecendrungan pada duniawi dibandingkan maslah ukhrawi. Artinya belajar tak semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga belajar ingin berjihad melawan kebodohan demi mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi, baik dihadapan manusia dan Allah SWT.
c. Bersikap tawadhu (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya. Sekalipun ia cerdas
d. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran, sehingga ia terfokus dan dapat memperoleh satukompetensi ang utuh dan mendalam dalam belaar
e. Mempelajari imu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrawi maupun duniawi, serta meninggalkan ilmu-ilmu yang tercela.
f. Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan menulis pelajaran yang mudah menuju pelajaran yang susah (abstrak) atau dari ilmu yang fardhu ‘ain menuju ilmu yang fardhu kifayah.
g. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya.
h. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipeajari, sehingga mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu masalah.
i. Memproritaskan ilmu diniyah, dengan kewajiban sebagai makhluk Allah SWT, sebelummemasuki ilmu duniawi
j. Megenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu yang bermanfaat dapat membahagiakan, menyejahterakan, serta memberi keselmatan dunia akherat
k. Peserta didik harus tunduk dan patuh pada nasehat pendidik sebagaimana tunduknya orang sakit kepada dokternya, mengikuti segala prosudur dan metode mazhab yang dianjurkan pendidik-pendidik pada umumnya.
Ali bin Abi Thalib memberikan syarat bagi peseta didik dengan enam macam, yang merupakan kompetensi mutlak dan dibutuhkan tercapainya tujuan pendidikan, syarat yang dimaksud sebagaimana dalam syairnya :
اَلاَلاَتَنَالُ العِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ
سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
ذُكَاءٍ وَحِرْسِ وَ اصْطِبَارٍ وَ بُلْغَةٍ
وَ اِرْشَادِ اُسْتَاذٍ وَ طُوْلِ الزَّمَانِ
“ingatlah! Engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu kecuali karena enam syarat ; aku akan menjelaskan keenam syarat itu padamu, yaitu : kecerdasan, hasrat dan motivasi yang keras, sabar, modal (sarana), petunjuk guru, dan masa yang panjang (kontinu).”

G. Metode Penelitian
Populasi dan Sample Penelitian yang penulis lakukan disini adalah jenis penelitian lapangan (Field Work Research), yang mana dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah seluruh siswa-siswi pondok pesanten al-Falah. adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Apabila dilihat dari judul skripsi ang dimaksud dngan popuasi adalah keseluruhan objek yang menjadi sasaran peneliti,
b. Sampel
Yang menjadi sample dalam penelitian diambil dari 20 % dari jumlah keseluruhan populasi
2. Teknik Pengumulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik Field Work Research (Penelitian Lapangan) dengan beberapa metode, yaitu:
a. Observasi
b. Angket
Teknik ini digunaka dengan memberikan pertayaan berupa angket kepada resonden unuk mempermudah menggali data yang berkenaan dengan. Bagaimana . Penulis lebih dahulu memberi sekor alternative dari jawaban responden sebagai berikut :
alternatif A di beri skor 3
alternatif B di beri skor 2
alternatif C di beri skor 1
c. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara mendalam kepada responden maupun informen untuk mendukung data yang akan dikumulkan
d. Dokumentasi
3. Teknik Analisa Data
Setelah mengumpulkan data yang di peroleh, maka peneliti akan melakukan analisa data deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan secara objektif tentang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar